Jakarta, CNBC Indonesia – Beragam instrumen investasi dapat dimanfaatkan untuk menjala keuntungan. Ada banyak jenis tempat menaruh modal investasi baik itu riil maupun keuangan. Misalnya saja surat berharga, surat utang, properti, atau emas. Namun, manakah yang lebih untung?
Saham
Prinsip investasi saham adalah high risk, high gain, sebab pergerakan harga saham yang fluktuatif namun dapat memberikan keuntungan yang optimal. Terlebih lagi jika berinvestasi untuk kurun waktu yang lama.
Jika menggunakan tolok ukur Indeks Harga Saham Gabungan, dalam sepuluh tahun ke belakang tingkat pengembalian investasi saham sebesar 55%.
Keuntungan historis berinvestasi di saham Bank Central Asia (BBCA) selama sepuluh tahun bahkan mencapai 397%.
Saham lain yakni Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP) dan INDF juga memiliki kinerja saham yang luar biasa dalam sepuluh tahun terakhir. Keduanya mampu mencatatkan pertumbuhan harga saham hingga 193%.
Investasi saham adalah membeli kepemilikan perusahaan. Selain gain, investor saham juga memiliki hak mendapatkan keuntungan dari pembagian dividen perusahaan.
Dividen dibagikan oleh perusahaan kepada investor biasanya setiap tahun. Namun perlu dicatat bahwa pembagian besaran dan tanggal dividen dilakukan sesuai dengan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST).
Emas
Investasi emas sudah populer di kalangan masyarakat sejak dahulu kala sebab nilainya yang akan terus meningkat seiring waktu.
Emas memang lebih optimal keuntungannya jika berinvestasi dalam kurun waktu jangka panjang dibandingkan jangka pendek. Sebab ada spread antara harga beli dan harga jual.
Berdasarkan data historis yang dihimpun dari laman logammulia.com harga jual emas Antam yang pada 31 Desember 2012 senilai Rp600.533 per gram. Sementara harga buyback pada pertengahan tahun lalu senilai Rp936.000 per gram. Sehingga total pengembaliannya mencapai 55,8%.
Properti
Membeli properti untuk investasi cukup menarik karena harga properti yang bisa melonjak.
Panangian Simanungkalit, pemilik PT Panangian Simanungkalit & Associates, memaparkan bahwa harga tanah di kawasan elit Jakarta mengalami peningkatan yang drastis.
“Harga properti di Menteng 2010 itu 20 juta/m2, sekarang Rp 100 juta, berarti naik 5x lipat dalam 13 tahun. Singapura dari 10 tahun lalu sampai sekarang harganya sama aja segitu, kan sudah mentok. Kalau Indonesia gimana stagnan? Orang pertumbuhan 5% terus-terusan,” ungkapnya kepada CNBC Indonesia, dikutip Jumat (28/4/2023).
Sehingga investasi properti juga banyak digandrungi oleh masyarakat untuk dijadikan instrumen investasi.
Meskipun ketiga jenis investasi tersebut mampu memberikan keuntungan yang besar, tapi tetap ada risiko dibaliknya. Investasi saham ada risiko perusahaan merugi, tidak bayar dividen, dan harga saham turun.
Kemudian investasi di emas ada risiko likuiditas dan kehilangan barang jika memiliki emas fisik. Investasi properti ada risiko likuiditas karena membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menjual properti. https://jusnarte.com/